Pemberontakan Wayang

Rama vs Rahwana

(image credit: sfgatedotcom)

Gagal mendapatkan Sinta melalui mekanisme kekerasan, Rahwana pun kembali memutar otak untuk menemukan strategi tepat merebut hati Sinta dan memenangkan persaingannya dengan Rama. Ingin bersemadi meminta petunjuk Yang Kuasa rasanya terlalu menyita waktu. Akhirnya ia ambil sebuah tablet Android dan mulai mengetikkan sebuah kalimat kunci di mesin telusur.

Dalam kisaran detik hasil penelusuran terpampang berurutan. Sebuah tajuk panjang diurutan terbawah menarik perhatiannya, “Tips Paten Untuk Pria Jelek : Menaklukkan Wanita Super Cantik.” Segera ia klik tautan tersebut dan dari sanalah semuanya bermula.

Beberapa bulan kemudian

Penduduk Alengka gempar dengan kehadiran seorang pria berparas tampan yang mengaku sebagai Rahwana. Mereka jelas tidak percaya, Rahwana yang mereka kenal selama ini adalah pria berwajah jelek menakutkan bukan pria berwajah elok menggemaskan seperti yang sekarang ada di hadapan mereka. Rahwana pun menjelaskan panjang lebar tentang kepergiannya ke Korea Selatan dalam rangka transformasi wajah sehingga menjelma menjadi setampan sekarang.

Tak ayal perubahan itu tak hanya menggemparkan jagad nyata, dunia maya yang gampang tersulut pun hiruk pikuk merajalela. Para facebooker dan tweeps girl berteriak – teriak histeris di akun sosmed mereka menyaksikan ketampanan Rahwana lewat foto profil yang barusan ia update (sebelumnya untuk kedua akun di jejaring sosial itu ia memasang foto Tukul Rahwana). Berbondong – bondong mereka mem-follow dan me-like di kedua akun sosmed raja Alengka tersebut. Jagad wanita yang gonjang – ganjing akibat perubahan wajahnya membuat Rahwana melambung dibuai angan indah tentang Sinta. Ia yakin Sinta pun tak akan berkutik oleh pesona dan kemasyhurannya yang tiada tara bahkan bila ditanding dengan Rama sekalipun.

* * * * *

Di taman istana, Rama dan istri tercinta, Sinta, asyik bercengkrama ketika Hanoman meminta ijin untuk bertemu. Setelah dipersilakan Hanoman pun bergegas menghadap.

“Tuanku, sudahkah tuanku mendengar kabar terbaru tentang raja Alengka, si Rahwana?”

Rama dan Sinta berpandangan lantas sesaat kemudian menggeleng dan berujar bareng. “Belum. Memangnya ada apa?”

“Lihat ini tuan.” jawab Hanoman sambil menyerahkan New iPad yang ia pegang.

“WOW!!!” tanpa sadar Sinta berteriak kagum. Sebuah foto profil Facebook membuatnya nyaris histeris.

“Ini foto sia…” Sinta tersentak sadar kalau suaminya masih duduk di sampingnya. Cepat ia sembunyikan wajah memerahnya dari pelototan sang suami.

Hanoman lantas menjelaskan semua yang ia tahu tentang apa yang telah dilakukan Rahwana dan niat disebaliknya. Selama ini diam – diam Hanoman telah menjalankan tindak spionase demi keamanan dan ketahanan negara serta kenyamanan tuannya.

* * * * *

Di ufuk yang tinggi, Sang Dalang sangat murka atas ulah Rahwana yang berani mengubah hasil karya terbaiknya.

“Hei Rahwana, kau telah berani menentang keputusanku atas dirimu, apakah kau bermaksud bersaing denganku?”

“Iya dalang, aku akan menuliskan ceritaku sendiri karena kau selalu membuat aku kalah dan tersingkir.” jawab Rahwana.

“Itu semua karena kelakuanmu sendiri Rahwana. Bukankah kau telah tahu aturanku? Kejahatan akan selalu kalah oleh kebaikan. Rahwana, kalau kau memang ingin mengubah cerita, perbaikilah perangaimu maka aku akan menuliskan kisah yang lebih baik untukmu. Sedang bentuk jasadmu adalah hak-ku, aku ciptakan dengan perhitungan yang matang dan mendalam bagi peran yang kau lakoni dalam setiap sandiwaraku. Ketahuilah Rahwana, dalam setiap kelebihan yang aku berikan, aku timpali dengan kekurangan agar kalian tetap rendah hati dan dalam setiap kekurangan yang aku adakan, aku bekali kelebihan agar kalian terhindar dari rasa rendah diri. Jika kau mengubah kekurangan lahiriyahmu hanya karena ingin disukai banyak orang dan popularitas maka berarti kau telah merusak keseimbangan itu. Dan itu berarti pula kau telah merusak keseimbangan kehidupan.”

“Ah peduli amat dengan keseimbangan, yang jelas aku telah sukses membuat ceritaku sendiri sesuai yang aku inginkan.”

“Baiklah Rahwana jika kau merasa mampu menyaingi aku dan tak rela dengan keputusanku, silakan saja. Tapi…mengapa kau masih tinggal di panggung lelakonku dan menikmati kepemurahanku?”

About eLki

sebutir debu di atas puing cahaya

Posted on 15 November 2012, in Cermin, Fiksi, Renungan and tagged , , , , . Bookmark the permalink. 2 Komentar.

  1. terus Update Mang’e..
    Ana suka bca artikelnya

Tinggalkan komentar